Kamis, 22 Oktober 2015

REVIEW: 99 Cara Berpikir Ala Sherlock Holmes

Dalam buku “99 Cara Berpikir Ala Sherlock Holmes” terbitan Grasindo, kita bisa belajar atau mengasah kemampuan berpikir kita. Buku ini masuk kategori Pengembangan Diri di mana harapannya setelah membaca buku ini kita memiliki kepribadian yang lebih baik daripada sebelumnya. Setuju sekali dalam penulisan buku ini, Monica Anggen menggunakan Sherlock Holmes sebagai tokoh acuan dalam “Meningkatkan Kemampuan Berpikir”. Sherlock Holmes sangat terkenal dengan kecerdasan dalam memecahkan kasus yang rumit. Penyamaran, penalaran dan pola pikir Sherlock Holmes membuat siapa saja terkagum-kagum.
Dalam buku ini kita diberikan 99 cara untuk membentuk pola pikir baru layaknya sang detektif, Sherlock Holmes. Cara-cara ini sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari ataupun dalam meningkatkan prestasi kita disekolah. Pada bab 12 yang menjelaskan tentang “PERTANYAAN YANG SEHARUSNYA DITANYAKAN SEORANG PEMIKIR KRITIS”. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara kritis akan membantu kita mendapatkan hasil dan solusi yang terbaik. Apa yang terjadi?; Mengapa ini penting?; Apa yang tidak aku lihat?; Bagaimana aku mengetahuinya?; Siapa yang mengatakan hal itu?; dan Apa lagi? Bagaimana jika?.
Panca indera yang kita memiliki tidak hanya digunakan berdasarkan manfaat umumnya namun kita bisa menambah kecerdasan kita dengan mengoptimalkan panca indera. Tidak sekedar menggunakan tetapi memanfaatkannya sebaik mungkin. Seperti isi percakapan Sherlock Holmes dengan sahabatnya, Watson, dalam Skandal Bohemia: “Kau hanya melihat, tapi tidak mengamati”. Dengan mengamati kita bisa memperoleh lebih banyak informasi dibandingkan jika hanya melihat.
Buku ini juga memberikan cara yang dapat memperbaiki strategi belajar kita yang lebih baik. Bab 25 mengenai “Diskusi dalam Satu Frekuensi”, kita perlu memperbanyak teman diskusi untuk memperluas wawasan bahkan membantu dalam pencarian solusi-solusi. Seperti kebiasaan Sherlock Holmes yang selalu mendiskusikan kasus-kasus yang tengah ia hadapi dan bertukar pikiran kepada Watson.
Mungkin tidak perlu diingatkan tapi aku sepertinya sedang mengingatkan bahwa KITA HANYA HIDUP SATU KALI SEUMUR HIDUP. Pernahkah kalian berpikir sosok seperti apa kita yang dikenal oleh cucu-cuku kita saat kita sudah tiada? Aku benar-benar tidak tahu bagaimana kehidupan nenek atau kakekku. Terinspirasi oleh Abraham Licoln aku jadi sangat gemar membuat jurnal yang berisi tulisan baik itu penting atau tidak penting. Membuat torehan-torehan yang bisa memberikan gambaran kehidupan kita kepada generasi masa depan kita. Ternyata kegiatan menulis bisa meningkatkan kemampuan berpikir. Sang pengarang, Sir Arthur Conan Doyle, menempatkan Watson sebagai sosok sahabat yang rajin dan tekun dalam mendokumentasikan kasus-kasus Sherlock Holmes. Tentunya itu sangat membantu dalam memecahkan kasus-kasus yang mungkin memiliki kemiripan pada kasus-kasus sebelumnya. Hal ini tentunya semakin menambah semangatku untuk menulis.
Sosok Sherlock Holmes dengan kecerdasan dan kemampuan yang tidak diragukan lagi tidak serta merta membuatnya menutup diri dari pergaulan luar. Sherlock Holmes memiliki pergaulan yang sangat luas tentunya pada salah satu kesempatan sangat membantunya dalam menyelesaikan kasus Skandal di Bohemia. Sangat berbeda pada gambaran umum sosok kutu buku yang biasanya membatasi diri terhadap orang-orang.

Selain beberapa manfaat seperti di atas, aku juga semakin mengenal tokoh fiksi Sherlock Holmes. karakter yang kuat yang sangat bisa kita contoh untuk memperbaiki kepribadian kita. Setelah membaca buku ini aku merasa seperti telah mendapatkan injeksi semangat dan motivasi untuk memulai tahun ajaran baru. Tahun ajaran baru dengan pola pikir yang baru. – Ana ©

Tidak ada komentar:

Posting Komentar