Dalam buku “99 Cara Berpikir Ala Sherlock
Holmes” terbitan Grasindo, kita bisa belajar atau mengasah kemampuan berpikir
kita. Buku ini masuk kategori Pengembangan Diri di mana harapannya setelah
membaca buku ini kita memiliki kepribadian yang lebih baik daripada sebelumnya.
Setuju sekali dalam penulisan buku ini, Monica Anggen menggunakan Sherlock
Holmes sebagai tokoh acuan dalam “Meningkatkan Kemampuan Berpikir”. Sherlock
Holmes sangat terkenal dengan kecerdasan dalam memecahkan kasus yang rumit.
Penyamaran, penalaran dan pola pikir Sherlock Holmes membuat siapa saja
terkagum-kagum.
Dalam buku ini kita diberikan 99 cara untuk
membentuk pola pikir baru layaknya sang detektif, Sherlock Holmes. Cara-cara
ini sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari ataupun dalam
meningkatkan prestasi kita disekolah. Pada bab 12 yang menjelaskan tentang
“PERTANYAAN YANG SEHARUSNYA DITANYAKAN SEORANG PEMIKIR KRITIS”.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara kritis akan membantu kita
mendapatkan hasil dan solusi yang terbaik. Apa yang terjadi?; Mengapa ini
penting?; Apa yang tidak aku lihat?; Bagaimana aku mengetahuinya?; Siapa yang
mengatakan hal itu?; dan Apa lagi? Bagaimana jika?.
Panca indera yang kita memiliki tidak hanya
digunakan berdasarkan manfaat umumnya namun kita bisa menambah kecerdasan kita
dengan mengoptimalkan panca indera. Tidak sekedar menggunakan tetapi memanfaatkannya
sebaik mungkin. Seperti isi percakapan Sherlock Holmes dengan sahabatnya,
Watson, dalam Skandal Bohemia: “Kau hanya melihat, tapi tidak mengamati”.
Dengan mengamati kita bisa memperoleh lebih banyak informasi dibandingkan jika
hanya melihat.
Buku ini juga memberikan cara yang dapat
memperbaiki strategi belajar kita yang lebih baik. Bab 25 mengenai “Diskusi
dalam Satu Frekuensi”, kita perlu memperbanyak teman diskusi untuk memperluas
wawasan bahkan membantu dalam pencarian solusi-solusi. Seperti kebiasaan
Sherlock Holmes yang selalu mendiskusikan kasus-kasus yang tengah ia hadapi dan
bertukar pikiran kepada Watson.
Mungkin tidak perlu diingatkan tapi aku
sepertinya sedang mengingatkan bahwa KITA HANYA HIDUP SATU KALI SEUMUR HIDUP.
Pernahkah kalian berpikir sosok seperti apa kita yang dikenal oleh cucu-cuku
kita saat kita sudah tiada? Aku benar-benar tidak tahu bagaimana kehidupan
nenek atau kakekku. Terinspirasi oleh Abraham Licoln aku jadi sangat gemar
membuat jurnal yang berisi tulisan baik itu penting atau tidak penting. Membuat
torehan-torehan yang bisa memberikan gambaran kehidupan kita kepada generasi
masa depan kita. Ternyata kegiatan menulis bisa meningkatkan kemampuan
berpikir. Sang pengarang, Sir Arthur Conan Doyle, menempatkan Watson sebagai
sosok sahabat yang rajin dan tekun dalam mendokumentasikan kasus-kasus Sherlock
Holmes. Tentunya itu sangat membantu dalam memecahkan kasus-kasus yang mungkin
memiliki kemiripan pada kasus-kasus sebelumnya. Hal ini tentunya semakin
menambah semangatku untuk menulis.
Sosok Sherlock Holmes dengan kecerdasan dan
kemampuan yang tidak diragukan lagi tidak serta merta membuatnya menutup diri
dari pergaulan luar. Sherlock Holmes memiliki pergaulan yang sangat luas
tentunya pada salah satu kesempatan sangat membantunya dalam menyelesaikan
kasus Skandal di Bohemia. Sangat berbeda pada gambaran umum sosok kutu buku
yang biasanya membatasi diri terhadap orang-orang.
Selain beberapa manfaat seperti di atas,
aku juga semakin mengenal tokoh fiksi Sherlock Holmes. karakter yang kuat yang
sangat bisa kita contoh untuk memperbaiki kepribadian kita. Setelah membaca
buku ini aku merasa seperti telah mendapatkan injeksi semangat dan motivasi
untuk memulai tahun ajaran baru. Tahun ajaran baru dengan pola pikir yang baru.
–
Ana ©
Tidak ada komentar:
Posting Komentar