![]() |
sumber: jepret and ngedit endiri |
TOKYO TOWER
-LILY FRANKY-
Bagi kalian yang suka dengan cerita ringan dan
dekat sama kehidupan kalian, ini nih cocok banget. Walau diliat dari jumlah
halaman sebanyak 396 tidak bisa dibilang ringan, tapi karena ceritanya mudah
dicerna jadi gak berasa udah baca berlembar-lembar. Dalam novel ini aku bisa
melihat gambaran umum bagaimana kehidupan keluarga di Jepang. Mungkin kebanyakan
dari kita saat dengar Jepang pasti terbayang hirup pikuk perkotaan di mana
banyak orang-orang berseliwuran asyik dengan pekerjaan mereka. Tapi saat baca
novel ini yang aku rasain sih adem nggak banyak konflik-konflik yang bikin kita
meras otak buat mikir atau mencerna ceritanya.
Novel berjudulkan Tokyo Tower ini bukan novel yang
berceritakan tentang siapa yang membangun Tokyo Tower atau bagaimana Tokyo
Tower dibangun?. Tapi dalam novel ini, Tokyo Tower dijadikan sebagai poros
kehidupan atau saksi bisu dari perjuangan hidup masyarakat di Jepang, termasuk
keluarga Masaya. Baiklah mari masuk ke bagian ulasan yang aku buat dengan daya
ingatku yang buram ini.
Kutipan 1 halaman 43:
“Namun,
di Tokyo, orang yang hanya dapat membeli kebutuhan pokok termasuk dalam
golongan orang miskin. Di Tokyo berlaku aturan, jika memiliki barang kebutuhan
yang sedikit berlebih, dianggap orang biasa. Namun, jika sudah memiliki barang
yang melampaui kebutuhan, maka itu disebut orang yang mampu.”
Kehidupan tokoh pria bernama Masaya dari kecil
sampai dewasa akan menjadi cerita utama yang kita baca dalam novel ini. Seperti
taglinenya “Antara Aku, Ibu dan
Terkadang Ayah”, semua mengambil sudut pandang cerita dari Masaya. Tapi menurutku
perlu ditambah “tidak sedikit temanku juga” (sorry main ngerubah-ngerubah
segala). Tapi itu tepat banget dari prespektifku. Teman-teman yang diceritakan
Masaya juga ikut andil dalam menambah warna kehidupan Masaya.
Kutipan 2
halaman Page 69
“Satu
hari maupun satu tahun dalam kehidupan anak kecil begitu berwarna. Dari satu
titik ke titik lainnya, setiap momen diisi dengan berbagai hal dan dilakukan
dalam waktu yang berlalu dengan cepat. Hal itu karena anak kecil memiliki
kemampuan beradaptasi yang tinggi dan tidak mengenal penyesalan. “waktu yang
terlewatkan begitu saja” tidak ada dalam kamus mereka.”
Di seluruh dunia ini baik orang hebat, orang
sukses, orang kaya, orang cerdas dan sebagainya pasti berawal dari sebuah
keluarga. Tetapi masing-masing punya ceritanya sendiri, ada yang mengalami
kehidupan keluarga yang bahagia, tidak bahagia bahkan kehidupan keluarga yang
terkadang dirasa berbeda dengan orang lain, janggal atau bahkan terasa aneh. Masaya,
anak laki-laki, yang banyak menghabiskan waktunya dengan ibunya. Karena memang
ibunyalah yang lebih berperan dalam pengasuhan Masaya. Dengan alasan yang belum
dimengerti Masaya kecil, orang tuanya hidup berpisah. Di mana disadarinya sejak
kecil bahwa hal itu berbeda dengan kehidupan keluarga yang ada di sekitarnya. Di
masa kanak-kanaknya, Masaya harus pindah-pindah tempat tinggal karena mengikuti
ibunya. Ibunya digambarkan sebagai sosok wanita yang kuat, baik dan tidak mau
merepotkan orang lain bahkan keluarganya sendiri. Masaya pernah tinggal di
rumah nenek, nenek dari pihak ibu, setelah pindah dari rumah nenek dari pihak
ayah. Kemudian Masaya pernah tinggal di rumah sewaan bekas rumah sakit yang
tidak terpakai lagi. Hubungan dengan sang ayah terasa kurang harmonis dan hangat
Meskipun kehidupan dalam keluarga terkesan sulit,
tapi Masaya menjalani kehidupan yang normal dalam sekolah dan pertemanannya. Sampai
pada saat Masaya memasuki masa perkuliahan, ia mantap memutuskan untuk kuliah
di perguruan tinggi di Tokyo. Menjalani kehidupan yang mandiri tanpa bergantung
dengan ibunya. Dengan impian menjadi sukses, Masaya harus meninggalkan ibunya
di desa. Tapi itu hanyalah semangat sementara, Masaya terbawa arus kehidupan
Tokyo yang begitu hiruk pikuk. Di masa setelah kelulusan Masaya, ia masih harus
membebani ibunya dengan meminta kiriman-kiriman uang karena belum mendapatkan
pekerjaan yang cocok baginya. Tapi ibunya yang baik terus melakukan yang
terbaik bagi Masaya.
Kutipan 3 halaman 221
“Dulu aku tidak
benar-benar menjalani pekerjaanku sehingga kehidupanku pun seperti itu adanya.
Segala yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan energi yang
besar.”
Kondisi menua yang dialami Ibu Masaya mengharuskan
ia pindah ke Tokyo untuk menjalani perawatan kanker yang lebih intensif. Hal tersebut
dirasakan oleh Masaya seperti membawa kehidupannya kembali ke jalur yang tepat.
Kondisi keuangan Masaya membaik yang sebelumnya Masaya harus berbohong untuk
mendapatkan sebuah tempat tinggal. Masaya bisa bersemangat kerja karena ada
orang yang membangunkannya di pagi hari bukannya malas karena menyadari bahwa
ia kesiangan bangun. Tentunya, kelezatan masakan ibunya dapat kembali dirasakan
setelah lama berpisah dengan ibunya. Teman-temannya pun sering meramaikan
apartemen sewaannya, begitupun ibunya tidak pernah lelah untuk menyajikan
masakan bagi orang-orang yang ia anggap selalu lapar. Manusia pasti akan
mengalami yang namanya kematian. Pada bagian akhir cerita, ibu Masaya
menyisakan kesedihan yang mendalam bagi seluruh keluarga bahkan orang-orang
terdekatnya, termasuk Masaya.
Kutipan 4 halaman 305
“Meski aku
tak bisa menulis buku yang mampu menghilangkan rasa sakit Ibu, tapi aku
berterima kasih kepada semua penulis yang bukunya tersimpan di rak tersebut. Terima kasih telah menyenangkan perasaan
Ibu.”
Kata-kata yang digunakan begitu mudah untuk
diserap sampai aku berpikir apakah ini cerita nyata. Eh ternyata emang
berdasarkan cerita nyata loh… adapun bagian yang
menarik bagiku adalah cara berpikir dalam menuangkan cerita ini. Dari awal
sampai akhir aku merasakan apa yang diceritakan Masaya baik itu bagaimana ia
merasa dan berpikir seperti kepolosan anak-anak, begitu polos. Tanpa ada unsur
berusaha menampakkan kedewasaan atau kecerdasannya.
Setelah membaca
Novel ini aku ingin menjadi gadis kecil yang baik bagi ibuku. Novel ini tidak
hanya menjadi hiburan di waktu senggang tapi pelajaran hidup yang baik untuk
kehidupan kita dalam keluarga. Sekian sih reviewku, jangan berharap bahwa
kalian bisa baca ulasan yang detail kaya seminar ngupas buku. Yang paling
baiknya sih tentu kalian sendiri yang baca. Pokoknya buku ini keren dengan unsur
kesederhanaanya. Ini bagian yang aku sukai yang jadi kutipan terakhir yaitu
kutipan 5 halaman
73
“Kemampuan manusia
masih menyisakan potensi yang belum dikembangkan. Tampaknya masing-masing
kemampuan tersebut bahkan belum digunakan separuhnya. Setiap individu akan
keluar dari lingkungan rumahnya lalu mengembara untuk menguji kemampuan dan potensinya,
juga semangat dan bakatnya. Seperti halnya anak panah yang dilepaskan dari
busur dan langsung melesat dan menunjukkan hasil, begitu pun manusia. Meskipun
hanya satu atau dua persen dari
keseluruhan kemampuan manusia yang digunakan, itu pun akan memberikan hasil
yang lebih baik.”
arigato~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar