Kamis, 17 Maret 2016

AN OLD FASHIONED GIRL REVIEW

AN OLD FASHIONED GIRL
BY L.M.A
           
Ini buku kedua bulan Maret yang bertemakan klasik dan sayangnya ini bukan buku baru di markas bukuku. Kira-kira aku belinya di tahun 2011-an, dengan beberapa sebab tak terbacalah buku ini. Sebenarnya pengen banget tapi diriku selalu tergoda untuk membaca buku-buku yang baru aku beli jadi nich kayanya sistem First In Last Out gituh.
Nach karena kudu matuhi target sendiri, maka besarlah motivasi untuk membaca buku ini. Dan aku jadi nyesel Nyesel kenapa nggak dari dulu bacanya. Karya Louisa May Alcott sebelumnya sudah pernah aku baca yaitu Little Woman dan itu benar-benar buku yang fantastis. Beli buku inipun sebelumnya nggak punya referensi apa-apa karena alasan penulisnya adalah LMA berkeyakinanlah diriku pasti ceritanya bageus….
Ini nich bunyi teriakanku setelah selesai membaca buku ini:
GGYR^%#^%%(&YJHVHGRYTRFUITUERYTGC
HGDHYR%$Y^%TU&^*(O*)(*&*%$^%#$%RHBNHIY&
Translatenya kurang lebih gini:
OMG, this is such a beautiful classic story for me
I’m falling in love with this
(Serius, OK)
An Old Fashioned Girl nggak sekedar judul, namun ini memang mengisahkan gadis, Polly, yang memiliki baik gaya pakaian maupun kepribadian yang terbilang kuno oleh orang sekitarnya atau lebih tepatnya di tempat Polly berkunjung yaitu di rumah temannya, Fan. Kunjungan Polly tersebut berisi ribuan cerita menyenangkan sampai sedih. Bertemu dengan gadis-gadis yang senang membicarakan pesta, pakaian, perhiasan sampai pada bergosip. Polly banyak belajar tentang bagaimana menjadi dirinya sendiri.
Kehidupan keluarga Shaw di mana teman Polly, Fan, berada membawa perubahan besar atas kehadiran Polly yang manis dan terkadang bijak melebihi sikap seusianya. Polly membawa angin segar atas kehidupan keluarga tersebut. Bagaimana seharusnya baik Fan atau Tom bersikap satu sama lain, Fan dan Tom terhadap Ayahnya maupun neneknya. Pada akhirnya Polly sangat disayang bahkan sudah dianggap keluarga sendiri.
Cerita berlanjut enam tahun kemudian setelah Polly memutuskan untuk mengakhiri kunjungan di rumah Fan. Polly pindah dari desa ke kota untuk bekerja dan mewujudkan keinginannya menjadi guru musik piano. Itu berarti ia bisa kapanpun berkunjung di rumah keluarga Shaw yang siap menunggunya kapan saja. Ceritapun berkembang dari persahabatan dan keluarga menjadi persaingan, kesalahpahaman, kehancuran, kebangkitan dari keterpurukan bahkan menemukan cinta sejati.
Why do I fall in love with this book?
Reason 1:
Maaf banget nich mungkin sinopsisnya kurang jelas atau kurang detail-detail penting, karena ini tidak terlepas dari cerita An Old Fahioned Girl yang menurutku padat berisi. Jadinya saking banyaknya kejadian-kejadian penting jadi bingung menjelaskan dan mungkin bisa panjang banget kalau mendetail. Ini menjadi kelebihan utama buku ini yang menurutku nggak bertele-tele, namun deskripsinya cukup banyak namun tidak memberi kesan membosankan.
Reason 2:
Pada eranya buku ini juga menuai sambutan luar biasa pada LMA karena tidak terlepas dari tema yang diangkat LMA yaitu kehidupan sehari-hari yang menjadi sangat hidup bagi para pembacanya. Itulah yang juga terjadi pada diriku, ciyeeee. Baca buku ini aku berasa hidup di beberapa tahun silam. Suka banget bagaimana gambaran tentang aktivitas-aktivitas dalam ceritanya seperti acara pesta, menjahit untuk acara amal, kehidupan bertetangga, aktivitas makan, memasak dan banyak lagi.
Reason 3:
Sudut pandang yang dipakai LMA bisa dibilang campuran (istilahku sendiri alias ngarang). Kita bisa memahami setiap tokoh melalui sudut pandangnya masing-masing. Meskipun tokoh utama adalah Polly, namun LMA memberikan porsinya tersendiri bagi tokoh-tokoh lain untuk mengungkapakan perasaan dan pikirannya. Bahkan dalam buku ini kita bisa merasakan LMA sedang bercerita dengan kita, seperti kutipan ini:
Tidak penting apa yang terjadi kemudian. Kisah cinta yang murni takkan mungkin digambarkan karena bagi mereka yang merasakannya, gambaran paling detail sekalipun terkesan lemah, dan bagi mereka yang tak merasakannya, gambaran paling sederhana pun akan terasa berlebihan. Jadi, buat para pecinta, lebih baik kalian lukiskan kejadiannya sesuai imajinasi masing-masing karena disanalah letak seninya dan kita biarkan para kekasih ini merasakan momen-momen terbahagia dalam hidup mereka sendiri.
Reason 4:
Cerita cinta bukanlah favoritku karena biasanya bikin bosan bahkan muntah karena terlalu dibuat-buat. Nach, dalam buku ini selain tentang persahabatan, keluarga, tetapi porsi tentang cintanya dalam kadar pas. Dan aku sangat menyukainya, mengapa? Mungkin karena klasik yach jadi cerita cintanya berkesan sopan saja. Pokoknya aku sukaaaa banget, bagaimana akhir dari cerita Polly, Fan, Tom, Mr. Syd bahkan Will dan Maud sangat manis.
Reason 5:
Nilai plusnya juga ialah buku ini tidak sekedar mampu mempuaskan pecinta buku melalui alur-alur ceritanya yang mampu membangkitkan imajinasi, namun banyak banget pelajaran yang bisa diambil baik untuk pembaca cowok maupun cewek. Ini nich kutipan yang aku suka banget,
“Kita nggak mungkin mendapatkan semua yang kita inginkan, tapi kita bisa berusaha semaksimal mungkin agar apa yang kita inginkan tercapai. Prosesnya akan laur biasa…”

Sebenarnya banyak jejeran-jejeran alasan kenapa aku jatuh cinta dengan buku ini, namun kata-kata tak sanggup menggambarkannya dan jaripun tak sanggup menuangkannya. Jadi yang paling afdol adalah baca sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar