Let's Speak Simply
Assalamu’alaikum
wr. Wb
Begitulah sapaan pertamaku untuk presentasi
ujian proposal yang jatuh pada hari esok. Inilah alasanku kurang mematuhi
targetku sendiri, bagi yang udah baca post-an ku beberapa hari yang lalu. Isinya
kurang lebih kaya gini bahwa aku mau baca kira 3 judul novel klasik, tapi aku
hanya menyelesaikan dua buah novel karena aku perlu memperbaiki kemampuan
linguistikku. Sebenarnya kemampuan linguistikku sih nggak buruk-buruk amat, cuma
sering karena faktor gugup jadi kesellimpet (bahasa apaan tuh) lidahnya. Ditambah
lagi otakku ini terlalu aktif sehingga diriku sendiri nggak bisa control. Saking
aktifnya satu pertanyaan pendek mau dijawab sepanjang jalan bermil-mil
(hiperbola). Jawaban yang terlalu panjangkan nggak selalu bagus, karena kadang
intinya bisa disampaikan seminimalis mungkin dengan maksud yang tersampaikan
(apa coba?).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,
maka aku membeli buku yang berjudul It’s
not whay you say, it’s the way you say it by Michael Parker (wiiih
canggihkan???). Buku ini cukup pricy dengan
ketebalan yang sangat tipis (ngaur). Tapi untuk covernya aku suka, ala-ala buku luar yang kebanyakan bahan covernya tebal. Isinya sih aku banget
yach, maksudnya full ilustrasi nggak cermah mulu yang bikin kita malah bosen
buat baca buku sejenis psikologi. Menurutku, bukunya ringan nan berbobot. Nggak
berharap luar biasa sih, setelah membaca ini kemampuanku bisa menyamai Najwa
Syihab. Tapi sedikit pencerahan membawa banyak perubahan.
Secara garis besar ada poin yang harus kita
perhatikan yaitu, Prinsip, Persiapan, Penyampaian daaaaannnnn Sempurna. Banyak saran-saran
yang bisa kita dapatkan dari buku ini salah satunya yang kena banget buatku
ialah SEMAKIN LAMA ANDA BICARA SEMAKIN KECIL DAMPAKNYA. Banyak orang yang
artinya nggak sedikit memaparkan sebuah pernyataan atau jawaban atas suatu
pertanyaa dengan panjang nan lebar yang bisa memberikan kesan bahwa kita memiliki
wawasan luas seluas daun kelor (yang artinya omong kosong semua). Jadi
sebaiknya kita mengolah sebuah argumen seminimalis mungkin namun apa yang kita
ingin sampaikan dapat diterima oleh si pendengar kita.
Pengambilan JEDA juga menjadi unsur penting
baik dalam menyampaikan pidato ataupun presentasi. Kadang yang artinya sering
bahwa kita merasa terlalu diburu waktu atau nggak mau membuat si pendengar kita
bosan. Makanya kita ngomong cepaaaaaaaaaat saking cepat si pendengar seolah
merasa berada di samping kereta api yang sedang melaju,
wooooooooooossssssssssh. “Bunyi apa tadi???” kata cameo yang berperan sebagai
orang yang berdiri di samping kereta yang melaju. Jadi, teman-teman pengambilan
atau penentuan jeda sangatlah penting karena
Jeda
memperkuat suara. Jeda juga membuat ide-ide yang disampaikan jadi lebih jelas
dengan memisah-misahkan mereka, dan member kesempatan kepada pendengar untuk
berpikir.
Begitulah yang bisa aku bagikan pada kalian,
semoga yang punya masalah yang sama denganku bisa memperbaiki kemampuan linguistik.
Minimal kita tidak dibuat bodoh oleh perkataan kita yang berusaha terkesan
cerdas, because the best suggestion for us is be your self, be simple and
smile.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar